Jumat, 19 Desember 2014

Kaum Terpelajar yang Tak Terdidik

Demonstrasi sambil bawa molotov. Bentrok  dengan aparat. Merusak fasilitas umum. Habis itu tawuran dengan warga. Adegan ganjilnya, kirim (maaf) kutang pada Perguruan Tinggi yang tak mau turun ke jalan. Menyamakan mereka seperti “bencong” atau kaum perempuan.
Dulu  SBY disamakan seperti kerbau. Sekarang giliran fhoto Jokowi diinjak dan dibakar. Pelakunya sama, para Mahasiswa. Saya Cuma tepuk kepala. Gejala apakah ini?
Inilah gejala tumbuhnya generasi mahasiswa yang kebablasan. Menyikapi kebebasan bukan dengan mengedepankan etika,  tapi retorika yang memancing keributan. Memancing aparat hukum untuk melanggar hukum dengan mengambil sikap tegas dan kasar. Memancing orang yang melihat demo mereka menjadi panas dan berujung keributan seperti di Makassar. Mungki n mereka merasa bangga menjadi martir, namun menjadi martir akibat kesombongan dan keangkuhan diri sendiri tak layak dibanggakan.
Banggalah menjadi martir karena melawan pemerintahan yang zalim. Namun pemerintahan sekarang belum terlihat zalimnya di mana. Menaikan BBM? Saya juga kurang berkenan. Namun tak perlu menyuarakannya di jalan dengan cara yang salah. Masih banyak jalan menuju Jakarta. Tak harus membakar fhoto kepala negara untuk meminta perhatian. Cukup berdiskusi dan mengirim utusan. Itu lebih baik dari pada berbuat keributan.
Atau bagi yang rada-rada malas diskusi, buat saja akun di Kompasiana. Tebar kritik anda pada pemerintah. Beri solusi atau pencerahan. Tak cukup mengandalkan bakat  memaki dan menghujat, karena orang lain mempunya bakat yang sama seperti anda, malah bakat  memaki dan menghujat mereka  siapa tahu lebih dashyat dari anda.  Tapi dalam kehidupan berbangsa, idealnya bakat tadi tak perlu dibudayakan.  Membudayakannya sama saja ingin menebar virus-virus kekerasan, baik oleh aparat, mahasiswa maupun  rakyat.
Demo yang berujung kekerasan, demo yang tak berertika, menandakan mahasiswa kita saat ini adalah kaum terpelajar, namun tidak terdidik. Kaum terpelajar hanya menyuarakan tuntutan mereka dengan kepalan tangan, kaum terdidik lebih mengedepankan gagasan. Kaum terpelajar memancing pihak lain ikut mengepalkan tangan, kaum terdidik mengundang munculnya beragam pemikiran.
Fenomena tumbuhnya kalangan terpelajar yang tidak terdidik ini mesti dicermati.  Mereka harus diberi masukan dan saran oleh berbagai pihak, termasuk dari kampus tempat awal bergerak. Mereka harus diberitahu kaidah fiqih modern ala saya:  demo itu hukumnya halal kecuali merusak, baik merusak fasilitas umum maupun merusak simpati rakyat.

Sumber : http://www.kompasiana.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar