Jumat, 12 Desember 2014

Indonesia Bhineka Tunggal Ika

Kalau kita telaah secara kemanusiaan, pada dasarnya Indonesia itu sendiri memiliki ragam budaya dan pemikiran serta kepercayaan yang selanjutnya disebut agama.
Pada dasarnya, agama itu sendiri adalah cara pandang kemanusian untuk memiliki rasa tanggung jawab kepada Tuhan Pencinta Alam Semesta. Alam Semesta itulah media manusia untuk hidup saling mengerti antara manusia itu sendiri dengan alam sekitarnya.
Ribuan Tahun silam, indonesia terdiri dari ratusan bahkan ribuan kerajaan yang tersebar diberbagai daerah tempat seluruh kepulauan Indonesia. Semua kerajaan di indonesia itu berbeda prinsip dengan satu tujuan berpikir untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui Alam Semesta untuk kepentingan kesejahteraan manusia itu sendiri.
Mungkin kita tidak tahu rahasia alam itu sendiri, hanya sebagian orang yang mengerti menerjemahkan itu semua, bahwa segala sesuatu kepercayaan, budaya, adat istiadat yang menyangkut kebiasaan manusia semua satu dalam “Pikiran”.
Otak manusia secara filosofi terdiri dari 2, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri bersifat Object, yang selalu berpikir logis. Segala hal yang bisa diterima akal budi kita, demikianlah otak kiri kita melakukan hari demi hari dalam kehidupan kita. Otak kanan adalah berpikir subject, melahirkan hal-hal spiritual yang tidak bisa diterima secara akal sehat oleh otak kiri (berpikir object).
Dari hal tersebut, manusia pada umumnya melahirkan hal-hal yang tidak masuk akal diciptakan meminta kepada Alam Semesta melalui otak kanan manusia itu sendiri. Demikian juga hal-hal yang menyangkut spiritual dilakukan oleh otak kanan manusia itu. Sifat otak kanan itu berpikir tidak terbatas. Demikian keistimewaan otak kanan dekat dengan alam semesta untuk melahirkan hal-hal keluar biasaan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Demikianlah juga “Bhineka Tunggal Ika” di indonesia. Semua aliran kepercayaan yang tercipta melalui budaya itu sendiri sama konsepnya pada kehidupan indonesia. Hanya kadang kita tidak sadar, kepada siapa sebenarnya kita meminta. Pada dasarnya kita melakukan doa, meminta, berpikir dan lain sebagainya dalam konteks dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, pada dasarnya semuanya itu kita meminta hal apa saja adalah kepada sistem yang sudah dibuat olehNya yaitu Alam Semesta.
Kita jangan salah menafsirkan ritual-ritual kuno yang dilakukan oleh para leluhur kita bahkan masih terjadi sampai sekarang. Itu semua dilakukan oleh pikiran meminta kepada Alam Semesta (Sistem Tuhan Yang Maha Esa). Adapun hal atau tempat yang dikeramatkan adalah sifatnya untuk menjaga alam sekitar tersebut untuk selalu terjaga dan memberikan kehormatan tersendiri kepada Alam Semesta karena sudah memberikan kehidupan yang baik kepada manusia itu sendiri.
Bisa kita bayangkan, saat ini banyak bencana alam terjadi, itu dikarenakan kita tidak bisa menjaga kesinambungan antara alam dan kehidupan kita. Kita sudah terlalu kacau dengan pikiran object kita, bahwa segala sesuatu itu bisa dilakukan dengan akal sehat tanpa memikirkan efeknya kemudian hari pada diri manusia itu sendiri.
Saat alam itu butuh kesinambungan, dia akan memberikan tanda-tanda alam itu sendiri kepada kita untuk menjaganya. Alangkah baiknya kita mengerti itu, alangkah indahnya kalau kita jalankan itu, alangkah mengertinya alam itu sendiri kepada manusia. Hanya manusia itu sendiri yang tidak peduli kepada alamnya. Berpikirlah untuk berbudaya mengerti alam, maka alam itu sendiri akan menjagamu.

Mari kita kembali kepada konsep alam !!! (25/12/2013)

Sumber : http://www.kompasiana.com/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar