Sabtu, 26 Juli 2014

Anda Berbeda dari Orang Lain? Bersyukurlah Anda Adalah Manusia Pilihan


Pada materi tadi pagi, teman saya menjelaskan tentang sebuah Kreativitas, sebuah materi yang sangat sering kita dengar, tentunya. Ada sebuah pernyataan menggelitik yang dilontarkan oleh teman saya itu bahwa adanya kesalahan dalam metode pembelajaran yang ada di Indonesia ini, dia mengatakan “Di Indonesia ini ada kecenderungan yang mendorong para anak didik untuk menjauh dari kata kreatif misalnya seorang guru yang menanyakan “Apa ibu kota negara X?” atau “Berapa hasil dari X tambah X?” yang hanya membutuhkan 1 jawaban, jarang sekali seorang guru yang menanyakan “Apa yang bisa kamu lakukan pada objek X?” yang bisa menghasilkan berbagai macam jawaban yang berbeda-beda.” Sebuah pernyataan yang “sangat benar” menurut saya.
Di Indonesia ada kecenderungan yang sudah “mendarah daging” yaitu “Kebersamaaan”, mungkin dalam arti PKN kebersamaan ini sangat penting dalam membangun sebuah komunitas atau sebuah kelompok, akan tetapi ada satu hal yang, bagi saya, sangat lucu yaitu “Kebersamaan dalam sebuah Ide”, Kita sering mengekor ide milik orang lain dan tidak percaya pada ide milik sendiri. Ketika seseorang mempunyai sebuah ide maka kita cenderung untuk menirunya tanpa berpikir ide apa yang bisa kita “kasih” kepada orang lain.
Ada dua tipe cara berfikir yang ada dalam otak manusia, yaitu cara berfikir yang konvergen dan divergen. Kita, orang Indonesia, cenderung berfikir konvergen, yaitu menyempit. jadi dari berbagai macam hal yang ada kita cenderung hanya menyimpulkan dan mengkerucutkannya. Yang kedua, dan ini jarang diterapkan di Indonesia, adalah cara berfikir divergen, cara berfikir ini adalah menjadikan satu hal agar menjadi berbagai hal yang unik dan tidak biasa. Misalnya jika seseorang diberikan suatu hal maka ia akan menjadikan hal tersebut sebagai hal lain yang tidak kalah menarik dan mampu menyita perhatian. Harus kita ketahui bahwa semua aspek bisa berubah dari satu aspek saja bisa menjadi berbagai macam hal tergantung sebagaimana liarnya pemikiran kita terhadap hal tersebut. Tentu sering kita temui, ketika kita berada di sekolah guru-guru sering memberi sebuah perhatian yang lebih kepada mereka yang dianggap pintar, jarang ada guru yang Appriciateterhadap hal-hal yang unik dan nyeleneh bahkan mereka dianggap sebagai seorang yang tidak ada kerjaan atau malah stess.
Akan tetapi begitulah Indonesia, kita cenderung untuk mengolok-olok seseorang yang “tidak sama” dengan kita. Kita cenderung untuk tidak menerima terhadap sebuah perbedaan ide, contohnya dalam sebuah forum, jika kebanyakan orang berpendapat A misalnya, maka ketika orang lain berpendapat B, maka semua orang akan mengatakan “Booooooooo” kepada orang tersebut sebagai sebuah ketidak terimaan mereka terhadap pendapat temannya sehingga bisa disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab penghambat kreativitas adalah budaya kita sendiri.
Tentu kita tidak asing dengan nama Sir Isaac Newton, Picasso, Alexander Graham Bell, Leonardo Da Vinci, Napoleon dan nama-nama besar lainnya dan hal itu bukan serta-merta tanpa sebab mereka sampai sebegitu terkenalnya dan dikenang sepanjang masa. Mereka terkenal karena keberanian mereka untuk berfikir secara “tidak biasa” dan out of the box. Mereka bisa “keluar” dari pemikiran-pemikiran yang biasa orang lakukan. Tentu tidak akan muncul teori gravitasi jika tidak ada seorang Newton, yang dengan kenyelehannya berfikir tentang apel yang jatuh.
Oleh karena itu diperlukan sebuah proses agar kita mulai belajar untuk meningkatkan kreativitas kita sehingga kita tidak hanya berfikir yang itu-itu saja tanpa ada pengembangan dan hal yang baru yang bisa kita berikan kepada dunia. Bayangkan jika orang-orang berfikir satu ide yang sama, tentu saja ide tersebut tidak akan menjadi suatu yang Wah dan tidak akan mendapat perhatian yang berarti dari orang-orang.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk “mengajarkan kreativitas” (Solso, 2007), yaitu:
 Mengembangkan pengetahuan dasar yaitu hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperbanyak dan memperkaya pengetahuan kita sehingga kita bisa melihat suatu hal dari berbagai literatur yang telah kita ketahui.
 Menciptakan atmosfer yang tepat untuk kreativitas, yang kedua yaitu menciptakan lingkungan yangAprreciate terhadap apa yang dianggap sebuah hal yang unik, aneh dan tidak biasa, agar orang-orang yang berfikir “aneh” tersebut dapat mengembangkan potensinya seliar mungkin.
 mencari analogi, yang ketiga adalah kita melihat dan menyamakan suatu hal dengan suatu hal yang baru, sehingga terbentuk sebuah pemikiran yang baru tentang sebuah permasalahan.
Dan jika bertemu dengan seseorang yang berfikir berbeda maka hal yang harus kita lakukan sekarang bukanlah mengejek dan membullynya tapi kita harus menghargai dan berkata “ANDA BERBEDA DARI ORANG LAIN? BERSYUKURLAH ANDA ADALAH MANUSIA PILIHAN”
Itu saja untuk sore ini
Semoga Bermanfaat.
Referensi:
Solso, R, Maclin, O. H., & Maclin, M. K., (2007), Psikologi Kognitif Edisi kedelapan, Jakarta: Penerbit Erlangga

Sumber: http://www.kompasiana.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar