Pada materi tadi pagi, teman saya
menjelaskan tentang sebuah Kreativitas, sebuah materi yang sangat sering kita
dengar, tentunya. Ada sebuah pernyataan menggelitik yang dilontarkan oleh teman
saya itu bahwa adanya kesalahan dalam metode pembelajaran yang ada di Indonesia
ini, dia mengatakan “Di Indonesia ini ada kecenderungan yang mendorong para
anak didik untuk menjauh dari kata kreatif misalnya seorang guru yang
menanyakan “Apa ibu kota negara X?” atau “Berapa hasil dari X tambah X?” yang
hanya membutuhkan 1 jawaban, jarang sekali seorang guru yang menanyakan “Apa
yang bisa kamu lakukan pada objek X?” yang bisa menghasilkan berbagai macam
jawaban yang berbeda-beda.” Sebuah pernyataan yang “sangat benar” menurut saya.
Di Indonesia ada kecenderungan yang sudah
“mendarah daging” yaitu “Kebersamaaan”, mungkin dalam arti PKN kebersamaan ini
sangat penting dalam membangun sebuah komunitas atau sebuah kelompok, akan
tetapi ada satu hal yang, bagi saya, sangat lucu yaitu “Kebersamaan dalam
sebuah Ide”, Kita sering mengekor ide milik orang lain dan tidak percaya pada ide
milik sendiri. Ketika seseorang mempunyai sebuah ide maka kita cenderung untuk
menirunya tanpa berpikir ide apa yang bisa kita “kasih” kepada orang lain.
Ada dua tipe cara berfikir yang ada dalam
otak manusia, yaitu cara berfikir yang konvergen dan divergen. Kita, orang
Indonesia, cenderung berfikir konvergen, yaitu menyempit. jadi dari berbagai
macam hal yang ada kita cenderung hanya menyimpulkan dan mengkerucutkannya.
Yang kedua, dan ini jarang diterapkan di Indonesia, adalah cara berfikir
divergen, cara berfikir ini adalah menjadikan satu hal agar menjadi berbagai
hal yang unik dan tidak biasa. Misalnya jika seseorang diberikan suatu hal maka
ia akan menjadikan hal tersebut sebagai hal lain yang tidak kalah menarik dan
mampu menyita perhatian. Harus kita ketahui bahwa semua aspek bisa berubah dari
satu aspek saja bisa menjadi berbagai macam hal tergantung sebagaimana liarnya
pemikiran kita terhadap hal tersebut. Tentu sering kita temui, ketika kita
berada di sekolah guru-guru sering memberi sebuah perhatian yang lebih kepada
mereka yang dianggap pintar, jarang ada guru yang Appriciateterhadap
hal-hal yang unik dan nyeleneh bahkan mereka dianggap sebagai
seorang yang tidak ada kerjaan atau malah stess.
Akan tetapi begitulah Indonesia, kita
cenderung untuk mengolok-olok seseorang yang “tidak sama” dengan kita. Kita
cenderung untuk tidak menerima terhadap sebuah perbedaan ide, contohnya dalam
sebuah forum, jika kebanyakan orang berpendapat A misalnya, maka ketika orang
lain berpendapat B, maka semua orang akan mengatakan “Booooooooo” kepada orang
tersebut sebagai sebuah ketidak terimaan mereka terhadap pendapat temannya
sehingga bisa disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab penghambat
kreativitas adalah budaya kita sendiri.
Tentu kita tidak asing dengan nama Sir
Isaac Newton, Picasso, Alexander Graham Bell, Leonardo Da Vinci, Napoleon dan
nama-nama besar lainnya dan hal itu bukan serta-merta tanpa sebab mereka
sampai sebegitu terkenalnya dan dikenang sepanjang masa.
Mereka terkenal karena keberanian mereka untuk berfikir secara “tidak biasa”
dan out of the box. Mereka
bisa “keluar” dari pemikiran-pemikiran yang biasa orang lakukan. Tentu tidak
akan muncul teori gravitasi jika tidak ada seorang Newton, yang dengan kenyelehannya berfikir
tentang apel yang jatuh.
Oleh karena itu diperlukan sebuah proses
agar kita mulai belajar untuk meningkatkan kreativitas kita sehingga kita tidak
hanya berfikir yang itu-itu saja tanpa ada pengembangan dan hal yang baru yang
bisa kita berikan kepada dunia. Bayangkan jika orang-orang berfikir satu ide
yang sama, tentu saja ide tersebut tidak akan menjadi suatu yang Wah dan
tidak akan mendapat perhatian yang berarti dari orang-orang.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk “mengajarkan kreativitas” (Solso, 2007), yaitu:
Mengembangkan
pengetahuan dasar yaitu hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperbanyak
dan memperkaya pengetahuan kita sehingga kita bisa melihat suatu hal dari
berbagai literatur yang telah kita ketahui.
Menciptakan
atmosfer yang tepat untuk kreativitas, yang kedua yaitu menciptakan lingkungan
yangAprreciate terhadap apa yang dianggap sebuah hal yang unik,
aneh dan tidak biasa, agar orang-orang yang berfikir “aneh” tersebut dapat
mengembangkan potensinya seliar mungkin.
mencari analogi,
yang ketiga adalah kita melihat dan menyamakan suatu hal dengan suatu hal yang
baru, sehingga terbentuk sebuah pemikiran yang baru tentang sebuah
permasalahan.
Dan jika bertemu dengan seseorang yang
berfikir berbeda maka hal yang harus kita lakukan sekarang bukanlah mengejek
dan membullynya tapi kita harus menghargai dan berkata “ANDA
BERBEDA DARI ORANG LAIN? BERSYUKURLAH ANDA ADALAH MANUSIA PILIHAN”
Itu saja untuk sore ini
Semoga Bermanfaat.
Referensi:
Solso, R, Maclin, O. H.,
& Maclin, M. K., (2007), Psikologi Kognitif Edisi kedelapan, Jakarta:
Penerbit Erlangga
Sumber: http://www.kompasiana.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar