Kamis, 23 Februari 2017

KISAH SEORANG KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT ORDE BARU PIMPINAN JENDRAL SOEHARTO

KISAH SEORANG KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT ORDE BARU PIMPINAN JENDRAL SOEHARTO

Nama korban                           : SOEKYAT Bin BAWON
Pekerjaan sebelum G.30.S      : karyawan pabrik gula tersana baru babakan kecamatan    
                                                  Babakan Kabupaten Cirebon
Alamat                                     : Perumahan Karyawan PG. Tersana Baru
                                                  Complek Karang Anyar

PERJALANAN HIDUP SEBELUM TERJADINYA G.30.S :
Saya dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1938 di desa Kersana Ketanggungan barat kabupaten Brebes Jawa Tengah. Oleh keluarga buruh rendahan sebagai buruh pabrik gula Ketanggungan barat kabupaten Berbes . sedangakan saya punya 9 (sembilan ) bersaudara, tapi sekarang tinggal 8 ( dealapan ) saudara. Mengingat saya anak seorang yang tidak mampu, maka pada tahun 1957 baru menyelesaikan pendidikan dari sekolah tekhnik di Tegal, saya merantau ke Jkarta untuk mencari pekerjaan, di Jakarta saya mendapat pekerjaan di pusat penerangan Angkatan darat jalan segara 5 jakarta, pada waktu puspen dipimpin oleh bapak Kolonel Pingadi,dansaya hanya sebagai pegawai honorer bagian personalia. Bekerja berjalan selam 3 tahun, tapi belum diangkat sebagai pegawai negeri sipil AD. Karena keadaan di jakarta kehidupan pada waktu itu biayanya sangat mahal di bandingkan kehidupan di kampung, gaji hanya cukup untuk makan belum untuk kontrakan rumah ini itu kadang minus.
Karena kondisi di Jakarta begitu maka saya kirim surat pada orang tua mohon di carikan pekerjaan di pabrik gula karena kesejahteraan di pabrik gula lebih terjamin dari pada pegwai negeri di Jakrta.
Pada tahun 1960 ( tapi masih pertengahan ) saya dapat panggilan dari pabrik gula babakan berkat usaha orang tua.
Pertengahan tahu itu juga saya mengajukan mengundurkan diri padahal pada waktu itu kepala bagian merasa keberatan karena tenaga saya sangat dibutuhkan bahkan beliau yaitu Bapak Mayor SOEWIGNYA berjanji akan di angkat sebagai pegawai negeri sipil AD. Tapi kondisi di jakarta sangat tinggi terutama ekonominya saya memakasakan diri. Akhirnya saya di ijinkan. Terus saya memenuhi panggilan pabrik gula hari itu juga saya terus bekerja, tapi karena pendidikan saya rendah maka say diterima sebagai bruh rendahan. Tapi sekalipun ssebagai buruh rendahan di bandingkan dengan pegawai negri masih unggul di pabrik gula. Malah umumnya orang kampung yang rumahnya berdekatan dengan pabrik kalau punya anak perempuan selalu di gadang gadang supaya cepet besar biar dapat jodoh dengan orang pabrik.
Sekitar tahun 1950 saya baru bekerja beberapa bulan di pabrik gula.didepan pondokan saya terlihat seorang gadis anaknya karyawan pabrikjuga bernama ROKAYAH. Saya nilai cocok untuk menjadi pendamping saya, waktu berjalan terus, lama lama saya berfikir untuk minta orang tua saya untuk melamar gadis tersebut.
Pada tahun 1961 tepatnya tanggal 3 april 1961 saya melakasaanakan pernikahan. Karena istri saya termasu bibit unggul maka pada tahun 1962 sudah di beri momongan lahir anak pertama. Terus berturut – turut menjelang terjadinya G 30 S saya sudah di beri 3 anak, permpuan dua dan laki – laki satu.
Pada tanggal 7 oktober 1965 saya di tangkap oleh petugas koramil dengan tidak manusiawi, berarti say baru bekerja di pabrik gula belum sampai 5 tahun
PROSES PENANGKAPAN :
Saya bersama – sama 7 ( tujuh ) orang lainya di tangkap dengan tuduhan sebagai pembunuh jendral. Padahal ke tujuh teman ini kesemunya sebagai bruh rendahan dan masuk organisasi hanya sebagai anggota biasa yaitu organisasi serikat buruh gula ( S.B.G ) di bawah naungan SOBSI bukan PKI. Memang pada waktu itu pabrik baru saja selesai giling, jadi istilah pabrik BUANG CAPAI, karena seperti hari libur  maka temen temen pada pergi ada yang ke ketanggungan barat, ke cirebon dan sebagainya, maka dalam panggilannya tidak tepat waktu di anggap sebagai latihan ke lubang buaya. Samapi di koramil ketuju teman kami disambut pentungan popor bedil punya tentara yang sedang piket. Tak lama kemudian komandan koramil datang untuk memeriksa kami. Dalam pemeriksaan kami dituduh latihan di lubang buaya jakarta. Padahal selama 3 bulan kami sednag melaksanakan giling tersebut. Selesai di periksa oleh komandan koramil. Hari itu juga kita di angkut ke Cirebon sekitar jam 17.00 WIBmenuju kantor C.O.P korem Gunung Jati. Sampai di COP  kami di sambut pukulan karet kanud yang sudah di siapkan, tentaranya sambil ngmng ini pembunuh jendralnya. Selesai di pukuli kami dimasukan ke kamar yang lantainya sudah di penuh lumuran darah. Rupanya habin nyiksa orang. Sampai di kamar petugas datang dan kami di suruh buka baju dan celana panjanghanya suruh pakai celana dalam, kaos dalam pun tak boleh. Selesai tukar baju kami di suruh keluar dari kamar satu persatu. Di depan kamar kam sudah tersedia meja dan alat pukul dan petugas kesemuanya berbadan gemuk dan kumi, pokoknya seremlah. Hanya tanpa pakai tanda pangkat dana nama ( pakaian preman ) kemudian kebetulan saya bagian yang pertama, suruh duduk di kursi kemudian jempol kedua kaki saya suruh dijepitkan di kaki meja, dan petugas pemeriksaan yangjumlahnya tiga orang pada naik di meja sambil tertawa – tawa. Belum di periksa pun saya sudah berteriak teriak untuk menahan rasa sakit. Saya selalu berteriak teriak malah dia bertiga menertawakan. Sambil membentak menyruh saya diam. Dia ngomong orang saya saja tidak sakit kamu berteriak – teriak terus. Dalam pemeriksaan sekalipun jempol kaki di jepit oleh kaki meja tetap pukulan kepala dan badan berjalan terus, malah kadang – kadang puntung rokok pun di sundut ke muka saya. Semua pertanyaan mengarah pada PKI dan pembunuhan jendral. Padahal kami hanya sekedar anggota SBG dan sebagai buruh rendahan belum begitu banyak mengenal dunia politik. Selama pemeriksaan kami di angkut ker rumah tahanan militer di dekat pelabuhan cirebon. Dalam satu hari penuh dama pemeriksaan tidak di beri makan, sampai di R.T.M belum masuk pintu sudah ramai – ramai tentara tahanan kriminil ramai – ramai memukuli kami. Padahal kami sudah loyo. Kemudian kami bertujuh di masukan ke sel dengan keadaan telanjang, hanya pakai celana kolor. Luas kamar sel sekitar tiga meter di isi tujuh orang.
Karena ketujuh orang di anggap sebagai pembunuh jendral maka tidur di sel selama 8 hari tanpa memakai baju hanya pakai celana dalam. Di beri makan sehari hanya dua kali dengan lauk pauk oreg dan ketewel dengan ukuran kira kira kalo sendok Cuma 6 senok. Setelah 8 hari disel kami dipindahkan pada kamar biasa sepanjang 7,5 meter. Pada waktu itu kamar seluas itu hanya diisi tujuh orang, sehingga kalau tidur selalu di ganggu oleh tentara tahanan kriminil, sehingga kalau mau tidur berebutan di tengah.
Selama sebulan sejak kami di bawa ke cirebonkeluarga atau istrisaya belum tahu keberadaan kami dimana. Hampir setiap hari selama sebulan istri saya mencari kita sambil menggendong anak yang baru berumur 40 hari ( waktu saya ditangakapanak ke III baru nyukur ). Kota cirebon di ubek tidak ketemu juga. Akhirnya dia putus asa menghentikan pencarian. Selang 35 hari baru ada informasi bahwa kita berada di RTM. Dia pergi berangkat ke cirebon menuju RTM. Sampai di Cirebon ( RTM ), para istri sudah kumpul didepan RTM, kemudian komandan RTM yaiut Bapak Peltu NGADIRO memerintah pada bawahannya untuk membuka jendela memperlihatkan kami yang berada di RTM. Tapi karena pandangan jarak jauh maka wajah – wajah sangusmai tidak jelas siapa – siapanya, tetapi istri saya sekalipun tidak jelas muka sang suami, tapi dia punya keyakinan bahwa sang suami tidak terbunuh ( masih hidup ). Hampir tiap hari tapol berdatangan hasil tangkapan – tangkapan dari daerah selama 4 bulan sehingga penghuni RTM hampir penuh. Tapi umumnya kebanyakan mukannya berlumuran darah. Selama hampir 4 bulan kami belum di besuk oleh keluarga, jadi tentang makan hanya mengandalkan dari pemerintah dua kali sehari dengan air panas satu gelas. Nasi yang di pincuk, seperti pincukan kembang. Kalau orang cirebon bilang pincukan karmiem. Itu kadang – kadang aga basi. Untuk tambahan makanan supaya kalau malam perut tidak keroncongan maka kalau pagi ada perintah dari komandan kompi untuk berjemur diri, didepan kamar, itu ada kesempatan untuk mencari rumput – rumput yang sekiranya bisa di makan alias rumput teki, daun kersem dan lain lain di ambil masing –masing anggota, untuk tambahan makanan. Setelah masuk kamar rumput tersebut di kumpulkan oleh ketua kelompok untuk di celupkan di air panas. Jatah air panas dan nasi datang rumput tersebut di celupkan di air panas, sekitar 10 menit diangkat terus dibagikan ke setiap anggota, kita makan bersama sekamar. Teman – teman sambil makan ada yang ngomong “BEGINILAH TAHANAN POLITIK, DI ZAMAN ORDE BARU JENDRAL SOEHARTO SUNGGUH KEJAM. DULU ZAMAN PENJAJAH TIDAK BEGINI, MENGHORMATI TAHANAN POLITIK”.
Setelah kamar sudah terisi selama 5 bulan mulai dari team pemeriksa mulai bekerja memeriksa para tahanan. Dalam pemeriksaan tidak di dalam RTM melainkan dipanggil satu persatu di bawa kekantor CPm. Setiap pulang pemeriksaan ke RTM umumnya mukanya pada bengep. Lama y 6 bulan menjadi penghuni RTM baru para keluarga di ijinkan untuk besuk itupun terabatas 3 orang yang di perbolehkan masuk. Masuknya para keluarga untuk menemui apakah suaminya ataupun adik, orang tua dan sebagainya dalam pemeriksaana apa itu makanan atau orangnya di periksa ketat malah kadang – kadang makanan  yang di anggap enak di cicipi oleh para penjaga, sampai pepaya pun dalam pemeriksaan di belah , mungkin barang kali di dalamnya ada bom.
Di RTM disamping setiap hari secara bergilir diperiksa di kantor CPM, ada pula bagi orang –orang yang di anggap tokoh di bon oleh petugas pada malam hari dengan pakaian preman entah mau dibawa kemana, sampai saat ini belum ada informasi. Di kecamatan saya di bon ( di bawa ) antara lain :
1.      Sdr WA’AN dari desa babakan
2.      Sdr TURAH dari desa pakusamben
3.      Sdr WASMAD dari desa karang wangun
4.      Sdr SUMANTA dari desa kudukeras
5.      Sdr. JURI dari desa gebang
6.      Sdr MAKSIN dari desa pelayangan
Selama 4 tahun di cirebon orang selalu berpindah pindah dan di kerjakan ( korve ) tanpa diberi imbalan sepeserpun, malah kadang di pertontonkan pada khalayak ramai biar kita pada malu, kita kan tidak semua orang tahanan pegawai rendahan, ada pegawai tinggi, ada intelek, ada orang kaya yang biasa diladeni pembantunya. Masa ada yang suruh nyapu pasar, nyapu trotoar jalan, tembok tembok depan toko cina pokoknya dipermalukanlah. Tapi sekalipun demikian kami sadar yang namanya orang tahanan. Memang kebanyakan masyarakat simpati pda kita, nyatanya banyak masyarakat yang memberi makanan dan minuman walaupun secara sembunyi – sembunyi, ada yang sambil lewat mengeluarkan air mata.
Lokasi yang pernah di tempati tapol yaitu :
1.      PERMAT ( persatuan masyarakat cirebon )
2.      RTM
3.      SEDONG
4.      HARJAWINANGUN
5.      DAERAH SINDANG LAUT
Yang terakhir menjelang tahun ke 8 dipindahkan ke  masing – masing koramil.
Termasuk saya dipindahkan ke koramil babakan. Kebetulan pda waktu itu bintara tinggi logistik yaitu Peltu SOEMANTRI kenalan lama sejak beliau bertugas di koramil babakan, waktu jamannya B.O.D.M setelah saya pindah dari koramil karang sembung ke koramil babakan dapat seminggu saya ditawari untuk membantu administrasi dan jru ketik koramil. Akhirnya menerima. Tapi saya bersama teman –teman saya tetap tidur di koramil. Selama di koramil kebetulan di babakan ada agen erek erek, jadi teman –teman bisa diberi kesempatan untuk menjadi pengedar erek – erek. Tapi saya sudah diperbantukan pada administrasi jadi saya tidak bisa ikut jadi pengedar erek – erek, hanya kalau sore suruh membantu BINTARA PEMBINA DESA ( BABINSA ) yang piket. Memang saya diberi fasilitas oleh bapak SOEMANTRI sewaktu waktu bisa tidur dirumah. Tapi tidak setiap hari dong. Nah karena sudah saya ceritakan didepan bahwa istri saya adalah jenis bibit unggul, maka selama saya di KORAMIL, orang namanya suami istri akhirnya istri saya mengandung alias bunting. Menjelang saya akan di buang kepulau buru, saya di tarik lagi ke cirebon disekap lagi di RTM.
Di penjara RTM selang beberapa bulan orang – orang yang akan di kirim ke pulau Buru pada di foto termasuk saya. Tak lama kemudian kita suruh persiapan pakaian, tikar bantal, alat makan, hanya sendok tidak boleh, ini pun tidak ada penjelasan apa – apa dari petugas mau apa dan mau di kirim kemana kami tidak tahu. Pda paginya di depan RTM sudah disiapkan kendaraantruk untuk menganggkut kami sekitar jam 04.00 WIB. Terus kita digiring keluar suruh naik truk. Disitu masing – masing pada tanda tanya mau dibawa kemana apakah mau dibunuh atau mau dibuang kami tidak tahu. Hari itu pas hari besuk sehingga para keluarga tidak bsia ketemu, hanya disodori pakaian sisa yang dibawa. Keluargapun pada tanya suami saya mau dibawa kemana. Sang petugas sama sekali tidak memberi jawaban. Pada akhirnya para keluarga ada yang menangis, bahkan ada yang semaput, termasuk istri saya. Umumnya para keluaraga pada menafsirkan setiap dibawa pakai truk pasti mau di bunuh.
PROSES PEMBERANGKATAN DARI RUMAH PENJARA RTM MENUJU NUSA KAMBANGAN
Kami berangkat dari rumah tahanan militer cirebon menuju nusa kambangan pada jam 05.00 WIB lewat jalur selatan. Pemberangkatan kami di kawal ketat sekali bagaikan keadaan darurat perang. Sepanjang jalanpun penjaga setiap penjuru, digan – gang dan lain lain.
Pada waktu di berangkatkan dari RTM karena masih gelap jatah makan darai pemerintah belum datang, sehingga kami berangkat dalam keadaan lapar. Sedangkan jarak dari  Cirebon ke Nusakambangan hampir satu hari. Jadi ditruk banyak teman yang semaput. Tapi bukannya ditolong atau diobati kok malah di tempelengi. (ini adilkah secara kemanusiaan ).
Perjalanan samapai di Cilacap pada jam 18.00, tempat tambatan sodong dekat pantai Nusakambangan. Di tambatan sodong sudah disediakan perahu kecil untuk mengangkut kita ke rumah tahanan LINUS BUNTU. Perahu kecil yang akan mengangkut ke LINUS BUNTU sangat kecil ukuran seharusnya hanya untuk 10 orang, tapi itu di tumpangi sampai 25 orang sehingga tidak bisa bernafas. Untung jarak dari tambatan ke LINUS BUNTU agak dekat sehingga perjalanan tidak begitu lama, kalau kjauh mungkin banyak yang kehabisan oksigen.
Sampai di linus buntu, disambut oleh MIMBAB ( pimpinan lembaga kemasyarakatan ). Terus kita di apel untuk masuk ke kamar dengan mendapat jatah pukulan kenud di masing masing kepalanya oleh penjaga ( sipir ).
Setelah beberapa jam kita istirahat di kamar, tak lama ada seorang napi membawa drum bekas rebusan singkong, ya kira kira masih ada sedikit intip singkong, drum disodorkan di depan pintu kamar. Teman – teman melihat ada makanan pada bangunberbondong bondong menuju pintu yang jerujinya pakai besi pada nyelonongkan tangan lewat jeruji besi. Sangking banyaknya tangan dan singkongnya hanya sedikit yang menenmpel drum sehingga tangan diselonongkan kedrum hanya ketempelelan singkong di jari jarinya. Nah teman yang antrinya dibelakang melihat teman yang jarinya ketempelan singkong digigit supaya pindah kemulutnya yang merebut. Ada juga yang jarinya berdarah karena gigitan teman saking laparnya. Akhurnya kamar menjadi gaduh. Sipir melihat ada kegaduhan di kamar, pintu di buka dai marah – marah sambil memukul teman – teman. Tapi setelah di ceritai akar permasalahannya dia tertawa dan minta maaf.
Kamp nusakambanagan sama seperti RM di cirebon ada tempat kencing kalau malam. Tapi di nusa kambangan hanya ada tempat tidur yang lantainya ubin. Hanya disedikankan barang kali pengen berak, semacam tempat makan kuda yang dibuat dari kayu. Jadi kalau pagi secara bergiliran corve mikul tinja di buang ke tempat yang ditentukan.
Di Nusakambangan hanya diberi makan 2 kali sehari itupun kadang kadang telat, yang seharusnya makan siang datangnya jam 3 sore untuk makan sore datangnya jam 9 malam.
Kalau pagi sipir datang ke kamar untuk mengapel, kemudian kami digiring ke tempat pemandian. Mandi secara bersama sama dan di beri waktu hanya 3 menit. Nah umpamnya ada temenan yang sedang sabunan sekalipun belum selesai kalau waktunya sudah habis ya harus berhenti. Kalau masih mandi pasti kena pukul.
Di Nusa kambangan kami hanya 12 hari. Terus hari ke 13 kapal yang akan mengangkut kita datang yaitu ADRI 15 kapal tua bekas waktu zaman pembebsan irian barat (TRIKORA ).
Menjelang keberangkatan ke pulau buru kami diberi seragam ( baju tahanan ) berwarna sepe. Hanya sayang pembagiann bagi orang yang badannya besar di beri pakaainnya kecil, begitu pula sebaliknya. Selesai pembagian kita terus di giring ke kapal dengan bejalan kaka agak jauh. Nah bagi orang yang badannya besar karena celananya sempit jadi jalannya agak sulit, petugas tidak mau tahu yang penting jalannya harus cepat. Banyak yang badanya besar jatuh bangun. Mana masing masing bawa beban yaitu tiker bantal dan pakaian, tapi petugas tidak mau tahu, inginnya hanya mukul.
Setelah selesai pada naik kapal pas menjelang peringatan hari proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia maka kami merasa bangsa indonesia yang pernah di jajah selama 350 tahun, kami secara sederhana, mengadakan upacara peringatan kemerdekaan. Dengan disaksikan oleh pengawal kapal. Umumnya anggota pengawal bekas pengwal presiden Soekarno yaitu pasukan CAKRA BIRAWA. Selesai upacara kita kembali ke tempat masing masing untuk beristirahat  teman – teman sebegitu banyaknya tidak ada satu pun yang merasa sedih. Hanya pikiran kapan giliran di esksekusi, apakah masal atau satu persatu. Tapi saya percaya dan yakin bahwa TUHAN YANG MAHA BESAR DAN ADIL, tentunya bisa melindungi kita semua, sebab kami belum tahu kesalahannya.
Kapal berjalan terus menelusuri lautan banda yang ombaknya besar - besar  sehingga terasa kapal sudah tua banyak baut yang sudah aus maka suara bagaikan pabrik yang sedang giling tebu ( pating gloprak ), coba bayangkan kamar mandi sudah rusak air tawar tidak ada, maka selama di kapal mandinya pake air asin.
Ditengah – tengah lautan banda tak disangka kapal oleng, sehingga semua penumpang pada panik karena keadaan kapal terombang ambing kena ombak. Tapi berkat cekatannya para petugas angkatan laut dan pengawal saling bekerjasama kapal bisa di atasi. Untungnya  waktu hanya sebentar itu pun udah banyak teman yang muntah muntah.
Perjalanan kapal dari Nusakambangan ke pulau buru 11 hari lamanya.pas mau sampai pelabuhan Namlea ke pelabuhan Pulau Buru . karena pembawa kapal belum pengalaman berlayar ke Indonesia Timur, kapal tersasar ke perbatasan pelabuhan namlea, jadi kapal berputar ke pelabuhan. Karena pelabuhan namlea kecil sedangkan kapal yang di tumpangi oleh kami besar jadi tidak bisa merapat ke pelabuhan namlea. Setelah kapal sampai di pelabuhan namlea kami di angkut dengan lending menuju ke air mendidih. Sampai di air mendidih kita semua di suruh istirahats sejenak sambil di beri sekedar makanan kecil untuk isi perut. Dari air mendidih di angkut lagi lending menyusuri sungai wayapu menuju unit II wanareja. Ditengah – tengah hutan terpaksa kita menempuh jalan darat untuk menuju tempat yang akan di tempati. Sedangkan jaraknya masih jauh. Maka jalannya masih jalan setapak serta masih banyak kayu bekas tebangan trankop, jadi jalan sambil memikul beban tikar bantal naik turun di kayu – kayu yang melintang. Bagi teman yang usia agak lanjut sering jatuh dan oleh pengawal di larak – larak supaya jalannya cepat. Kami dalam perjalanan pada berdoa kepada sang KHOLIK semoga kami dalam perjalanan di beri kekuatan supaya bisa sampai ke tujuan. Akhirnya sampai juga di unit II wanareja, dengan selamat, walaupun sesampainya di unit II orang yang usiannya banyak tidak bisa berdiri mungkin terlalu cape. Kami semuanya disuruh duduk untuk mendengarkan arahan dari komanadan inrehab yaitu Mayor Ruano. Selesai pengarahan di apel terus kita baru masuk ke barak yang telah di sediakan. Masuk barak bukan berarti kita istirahat, tapi membersihkan barak, terutama tempat tidur. Barak – barak terdiri dari bahan bahan atapnya dari daun sagu pagarnya pakai bambu semacam telupuh dan tempat tidurnya pun pakai bambu sepanjang 10 meter supaya bisa muat 50 orang per barak.
Selesai membersihkan barak baru kita gelar tikar untuk tidur. Tapi belum selesai gelar tikar, pleton pengawal pada datang ke barak sambil nyanyi nyanyi lagu ambon, sambil petangtang petengteng kita suruh berhenti mengelar tikar dan masing – masing suruh berdiri. Ada yang suruh Push Up, ada yang suruh saling nempeleng temen, kalau nempelengnya dianggap pura – pura, teman yang nempelengnya di beri contoh menempeleng oleh petugas maklumlah orang abon. Pangkatnya juga hanya prajurit. Untuk komandan regu datang yang berpangkat sersan dua dari gombong suruh berhenti dan bubar, terus kira kira jam 8malam kita tidur. Paginya sudah dibangunkan dan apel terus digiring ke sungai walaupun untuk mandi, memang jaraknya cukup jauh dari barak. Selesai mandi kita di apel lagi kemudian selesai apel di perintahkan untuk membentuk kelompok – kelompok kerja. Dari kepala barak sampai petugas dapur.setelah terbentuk petugas dapur suruh mengambil bahan makanan. Bahan – bahan makanan hanya beras dan ikan asin.
KEHIDUPAN DI PULAU BURU DARI TAHUN 1969 S/D TAHUN 1979
MASA KONSOLIDASI :
Semua warga di wajibkan membabat hutan dan ladang siang siang pokoknya tidak terkecuali tidak perduli itu dokter, insinyur, intelek lainnya semua harus tunduk di bawah perintah.
Untuk hari pertama masing – masing barak suruh ambil peralatan pertanian berupa sabit, parang, dan cangkul.
Semua peralatan dengan bahan tidak layak di pakai. Setelah kepala barak menerima peralatan semua warga disuruh membikin tungkai cangkul, sabit, parang, dan kapak. Selesai pembikinan tungkai alat – alat paginya mulai bekerja.
Kebijaksanaan kepala barak di bagi beberapa kelompok :
Bagi kelopk yang fisiknya agak gemuk di tugaskan di hutan untuk mengikuti petugas trankop.
Bagi yang fisiknya sedang tugasnya babat alang alang dan yang fisiknya lemah bertugas di dapur.
Jam kerja dimulai pukul 06.30 sampai 17.30 dengan pengawalan ketat. Dan apabila ada yang lengah kerjanya pleat pleot disamper oleh penjaga sambil di tempeleng. Tugas kepala barak kalau sore laporan kepada komandan unit. Targetnya sehari harus bisa menyelesaikan 500 m2 per hari ( setengah hektare ). Kalau belum mencapai target walaupun sudah waktunya pulang tidak boleh pulang, begitu setiap hari.
Pada masa konsolidasi selama satu tahun baru bisa mencetak persawahan beberapa hektar dan tanaman begitu tumbuhtambahan makanan seperti singkong dan ubijalar harus disiram. Jadi selama tanaman belum tumbuh makan tiap hari lauknya hanya ikan asin.untuk supaya kita makan ada sayurannya maka kebijaksanaan kepala barak menyisihkan tenaga untuk mencari bahan sayur sayuran walaupun dengan cara sembunyi – sembunyi. Sayuran yang di cari antara lain kluwih, pakis, jamur, daun dan buah tangkil di hutan. Memang beresiko, kalau ketahuan petugas bisa kena pukul dan pus up. Setelah kita makan ada sayurannya badan agak segar, walaupun tanpa garam. Jangak bantuan makanan berupa beras dan ikan asin habis, sehingga yang tadinya beras di ganti bubur, itupun di batasi kalau di ukur secara manusia biasa tidak memenuhi syarat untuk mempertahankan fisik. Mana makan bubur ukuran mangkok kecil kira kira 100 gr / orang, mana pakai sayur kluwih tanpa garam. Tapi yah memang resiko tahanan politik orde baru. Jadi secara tidak langsung kita supaya mati di pembuangan,yan tadinya pulau tandus kemudian kita supaya bertahan hidup, karena tanaman belum berhasil maka kepala barak manapun nyolong tenaga untuk pukul sagu di hutan. Sebelum membrangkat petugas untuk pukul sagu, maka malamnya kepala barak berunding kepada warga. Karena sistem kerja di target harus bisa mnyelesaikan sekian meter per hari. Misalnya jatah pekerjaan sekian meter bisa selesai kalau di kerjakan 10 orang, tapi karena tenaga dicolong dua orang untuk cari sagu di hutan, maka yang 8 orang harus bisa menyelesaikan yang di targetkan oleh komandan unit. Kalau tidak selesai ya resiko nya berat. Itu berjalan sampai 6 bulan. Setelah enam bulan, tapol kan banyak orang – orang pintarsehingga ada yang punya gagasan satu – satunya jalan kita harus mencari sumber – sumber yang nantinya untuk mengairi sawah. Gagasan ini terus di sampaikan pada komandan unit. Akhirnya disetujui, kemudian dalam realisasinya para kepala barak di kumpulkan untuk membicarakan tentang pembikinanwaduk dengan cara membendung sungai. Semua kepala barak dan komandan unit setuju. Terus paginya di laksanakan. Karena jalan menuju lokasi yanga akan di bikin waduk masih jalan setapak dan masih banyak pohon yang belum di tebang. Untuk memnempuh itu untuk pembikanan jalan, setiap pagi sebelum kerja ke areal pokok, semua warga i jam ( korve ) untuk bikin jalan. Dengan waktu seminggu pada lokasi yang akan di bikin waduk. Selelsai pembikinan jalan, untuk supaya bisa membendung sungai, kita kumpulkan semua sampah dan potongan – potongan kayu. Karena di pulau belum  ada semen dan sarana pembangunan. Tapi berkerja keras dan bergotong royong maka bisa tercipta waduk walaupun sangat sederhana, kemudian tidak berhenti begitu saja tapi terus di lanjutkan pembikinan saluran saluran menuju sawah. Dan waduk itu pun di namakan WADUK KARSON TANI.
MASA PEMBINAAN :
Pada tahun ke III kita memasuki tahun pembinaan. Pemerintah mendatangkan rohaniawan, dari isalam. Protestan, katolik dan budha dari jakarta untuk membina kita istilah dulu OPTAL, Sehingga kalau sore sehabis kerja kita di wajibkan mengikuti SANTI AJI  yang diselenggarakan oleh rohaniawan secara bergilir. Ditengah tengah kita menghadapi pekerjaan yang berat oleh komandana diperintahkan untuk membikin rumah – rumah ibadah, ya masjid, gereja dan wihara. Berkat kekompakan dari teman secara sadar beramai –ramai membuat rumah ibadah. Sedangkan pengerjaan di luar kerja yang sudah di tentukan.
Berikutnya pemerintah mengirim televisi, jadi sore bisa nonton TV, tapi di batasi kalau pas warta berita harus di matikan, begitu pula dunia dalam berita.
Setelah memasuki tahun ke IV ( pertengahan ) dan kami sudah mencetak sawah dan ladang baru bisa menikmati hasil karya  teman – teman. Padi sudah bisa di panen, singkong  dan sayur –sayuran, sehingga sudah tidak usah makan sagu lagi, walapun hgasil padi sudah dikatakan cukup tapi pemerintah masih membatasi jatah makan 250 gr / kapita sehari. Untuk bisa supaya makan kenyang maka teman –teman mencatut timbangan. Petugas di gudang pada umumnya teman sendiri, jadi bisa kerja sama. Kalau panen karena lokasinya jauh maka teman sekalipun bisa mikul terpaksa harus memikul ke gudang. Kalau dilihat teman mikul tidak bisa mungkin di tertawakan, sebab ada yang miring miring kesakitan pundaknya, sesampainya di gudang terus di timbang. Petugas gudang mengerti supaya hasil timbangannya di perkecil. Misalnya padi di timbang 50 Kg di catanya 40 Kg. Berarti kita punya 10 Kg. Nah nanti kalau ada petugas dapur yang mengambil jatah gabah untuk di kiser ( di giling ), yang semestinys hanya diberi 250/ kapita kali jumlah warga barak. Karena punya simpenan gabah hasil nyatut timbangan bisa memberi lebih dari jatah ynag di tentukan. Jadi makan bisa kenyang. Kerja semakin hari semakin tidak berat tidak seperti waktu jaman masa konsolidasi. Berkat bantuan sapi. Jadi bisa ringan seperti mebajak sawah, ladang, diangkut gabah gabah sampai ke areal gudang bisa pakai gerobag tidak dipikul lagi. Bahkan menyiang disaawah pun di buat alat seperti garuk ditarik oleh sapi. Untuk pengerjaannya di belakang garuk diikuti orang, maksudnya untuk membangukan tanaman padi yang diinjak oleh sapi paling tidak ada dua orang yang mengikuti. Sejak itulah baru merasakan kalau malam boyoknya pegel.
Dari tahun pertama sampai menjelang pulang kalau tidak salah ingat saya sudah 5 kali pergantian komandan Inrehal. Ingatan saya :
1.      Mayor SPM RUSNO
2.      LET.KOL RANGKUTI
3.      Lupa
4.      KOLONEL SAMSI .MS
5.      Dari kesatuan KUJANG I Siliwangi, ( yang terakhir saya tidak ingat ).
Tiap tahun komandan Inrehab silih berganti.tapi yang di anggap ada perubahan hanya pada masa Bapak Samsi . MS. Nyatanya sejak beliau memimpin banyak sekali perubahan dalam perlakuan kepada kami.
Buktinya sejak dipimpin beliau, perubahannya sebagai berikut :
1.      Para intelek yang punya gelar di kumpulkan di Mako ( Markas Komando Inrehab ). Fi perintahkan untuk mengembangkan profesinya menurut bidangnya masing – msaing. Seperti insinyur bangunan suruh mengembangkan ilmunya. Bagi pelukis suruh melukis, bagi satrawan suruh mengarang seperti bapak PRAMUDYA ANAN TOER mengarang buku yang berjudul
2.      Demikian pula unit – unit yang bekerja setiap hari, tiap hari minggu istirahat dan di anjur kan bagiyang beragama kristen supaya beribadah ke gereja, yang islam ke masjid yang hindua / budha ke vihara.
3.      Di barak barak supaya membikin empang untuk memelihara ikan mas. Bagi orang yang bisa membikin kerajinan kalau waktunya senggang supaya membikin seperti mebel, ukiran dan lukisan. Dan hasilnya bisa dipasarkan sendiri lewat petugas dan hasilnya di berikan pada barak warga.
4.      Tentang kesenian supaya dikembangkan dengan peralatan bikin sendiri dengan bahan – bahan ala kadarnya. Adapun kesenian diantaranya :
a.       Ludruk, wayang golek dan wayang kulit, tarling, kesenian sunda dan jawa lenong.
b.      Karena kalau hari minggu libur tidak kerja di sawah, di perbolehkan ajang sono ke unit – unit untuk ketemu dengan teman teman yang berada di unit lain, terutama pada unit SAVA JAYA, karena sudah ada diantara teman – teman yang keluarganya di susulkan ke pulau buru.
c.       Tentang makan sudah realitf kenya karena tanaman sudah bisa dinikmati baik sayuran, kacang – kacangan, ubi jalar dan singkong. Hanya tentang sayur bumbunya masih sangat kurang karena belum bisa belanja sendiri dan belum ada pedagang.
d.      Untuk minuman manis karena belum ada gula pasir, maka kita tanam tebu dan menderes aren di hutan. Untuk memnbikin gula tebu kitamembuat gilingan ( digencet ) ditarik oleh tenaga sapi.
Setelah kita berhasil melaksanakan proyek inrehab dianggap berhasil, sesuai dengan target, sepertinya sudah terbentuk pedesaan yang tadinya hutan menjadi sawah dan ladang serta calon perumahan untuk para transmigran.
Kita tidak berhenti disitu saja kita juga menyuling kayu putih hasilnya untuk membeli alat- alat makan seperti pring sen dan lain –lain.waktu ajangg makan pakai anyaman bambu ( besek ).
Pada tahun ke 8 tahun pembinaan ada pergantian komandan inrehab dari kolonel syambi Ms di ganti oleh tapi saya lupa namanya asalnya dari ambion. Tapi ada perbedaan yang mencolok antara kolonel syamsi  baiknya. Krmudian menjelang pembebasan kegiatan dialihkan pembangunan perumahan untuk persediaan pendatang baru yaitu transmigrasi dari jawa, kemudian mulai ada seleksi bagi yang usianya sudah lanjut akan dibebaskan untuk tahap pertama. Terus disusul usia dibawahnya, untuk lebih muda pembebasannya terakhir. Disamping itu ada penawaran mau pulang kemana. Maupulang ke jawa tengah, jawa timu, jawa barat atau luar jawa. Soalnnya barang kali pakah istrinya sudah meninggal, cerai atau sudah tidak punya tempat tinggal. Tapi ada juga yang mendaftar tetap tinggal di pulau buru. Sebab adakalanya nafsir apakah istri sudah kawin lagi atau sudah tidak mengakui kedatanganya sangsuami.yangtetap tinggal di pulau buru dibikinkan rumah tinggal, diberi sapi, tanah garapan sawah dan ladang. Karena nantinya dipulau buru akan di temp[ati para transmigran, maka semau barang – barang di seluruh unit seperti sapi, kerbau, dan alat – alat inventaris dari 13 unit di kumpulkan di unit II. Kebetulan saya di tunjuk sebagai logistik. Jadi kesibukannya bertambah. Bertanggung jawab semua barang ionvestaris dari unit – unit termasuk kebau dan sapi.
Pembebasan mula jalan dan para transmigran muali berdatangan. Jadi yang belum di bebaskan oleh korve membawa brang – barang para transmigran. Untuk gelombang pertama dari daerah jawa timur da kebetulan yang di kirim orang – oran fanatik islam maka barang – barang yang akan di angkut banyak yang di tinggalkan doleh tapol krena mereka melarang bahwa barang – barangnya tidak boleh di jamah oleh orang PKI, sedangkan tempat dan tanah yang akan diam dan di tempati tanah dan permuhananya di bangun oleh tahanan – tahanan tapol PKI.
Setlah komandan melihat masih ada barang – barang yang belum di angkutmaka kita semua korve di tugaskan untuk mengangkut barang – barangnya orang – orang transmigrasi kena marah oleh komandan pangkalan, kami semua menjawab bahwa barang – barang mereka tidak mau di sentuh oleh tapol PKI. Setelah di konvrontasikan oleh komandan pangkalan antara kita dan warga transmigrasi mereka sadar akhirnya mau di angkut oleh warga tapol. Sesampainya ditujuan yaitu di unit kalau tidak salah ingat untuk transmigran di tempatkan di unit XIV, karena yang siap baru unit tersebut.
Kemudian selan beberapa hari mereka di perbolehkan untuk anjang sono ke unti II karena unit II yang paling berdekatan dengan enga tempat transmigrasi. Kedatangan mereka ke unit II kami sambut dengan gembira, terutama pada anak – anak kecil. Maklumlah umumnya sudah hampir sepuluh tahun baru ketemu anak – anak kecil, jadi ada yang nangsi inget anaknya waktu di tinggalkan ke pulau buru. Kedatangan para transmigran kita hormati dengan sebagaiman mestinya, dan mereka sangat mengucapkan terima kasih kepada unit II yang telah susah payah membangun dari hutan sampai menjadi sawah dan ladang serta perumahan. Karena kita sudah terbiasa masak apa adany maka dalam sesunggunya yaa apa adanya. Mereka secara berkelakar, sekalipun tuan rumahnya semuanya laki – laki tapi masakannya tidak kalah kok dengan masakannya orang jawa. Bahkan salah satunya warga tapol nyeletuk “ ini nyindir apa muji “ semuanya pada tertawa. Pada waktu ada kejadian yang tidak di lupakan yaitu “ orang yang barangnya tidak boleh di angkut oleh tapo. Ceritanya. Ceritanya ada salah satu teman menawri mereka : apakah bapak tidak keberatan kalau kita memberi makan atau minum ? si tamu menjawab mau, akhirnya teman yang ngomong tadi tergopoh – gopoh membawa minuman dan makanan. Mungkin si teman itu punya pamrih karena tamu tersebut punya anak bawa anak perempuan dan sudah gadis pula. Akhirnya mereka yang tadinya barang – barangnya tidak bleh di jamah oleh tahanan PKI,dengan legowo mohon maaf sebesar – besarnya. memang pada waktu itu dalam perjalanan naik kapal laut waktunya lama sekali pada waktu di perjalanan saya khilaf dan lalai, maka dengan ini sekali lagi kami sekeluarga mohon maaf pada unit II, terutama pada teman – teman yang pada waktu itu ditugaskan oleh korve membantu membawa barang – barang ke tempat tujuan. Kami secar spontan memberi maaf, orang namanya manusia banyak kekhilafan.
Kemudian hampir setengah hari mereka berbincang – bincangkita terus menerus mereka pamit untuk kembali ke uni XIV, unit yang di tempati para transmigrasi. Sepulangnya mereka kami bekali dengan bibit – bibitan, alat – alat dan sekedar cenderamata berupa ukir – ikiran. Sepeninggal tamu pulang ada salah satu teman menangis kalau orang jawa bilang KELAYU pada orang yang menggendong anak kecil.
Selama kami belum kena giliran kembali ke jawa, maka kami dengan secara kesadaran membantu mereka mengirimi sayuran, temabakau, kayu putih dan lain – lain.
Selama kami belum pulang terus menerus kami berkomunikasi minta petunjuk agar bisa berhasil seperti para tapol.
Kira – kira pertengahan bulan september saya mendapat giliran rombongan terakhir di pulangkan ke jawa, karena saya pada waktu itu menjabat sebagai logistik unit II maka sya harus menyiapkan barang – barang inventaris untuk di serah terimakan kepada koordinator transmigrasi di mako inrehab Pulau Buru. Adapun barang – barang tersebut antara lain : alat pertanian seperti cangkul, parang, sabit, gergaji dan sebagainya termasuk kerbau, sapi dan alat – alat dapur. Setelah selesai timbang terima mulai saya mendaftarkan diri untuk pulang ke jawa barat. Memang pada waktu itu piiran bimbang mau pulang ke jawa barat atau ke jawa tengah. Kalau pulang ke jawa barat jangan – jangan istri saya sudah menikah dengan orang lain. Tapi akhirnya saya memutuskan pulang ke jawa barat. Adapun istri saya sudah menikah lagi dengan orang lain yaa terpaksa saya pulang ke ketanggungan barat.
Di tengah – tengah pikiran saya sedang kalut pikirannya mau kemana harus pulang saya sudah berada di namlea menunggu kedatangan kapal yang akan mengangkut kita, saya masih mendapat panggillan harus kembali ke unit II untuk mempertanggung jawabkan barang – barang inventaris unit, karena pada waktu itu saya sebagai penanggung jawab logistik unit. Padahal hanya kurang drum masak satu. Tapi setelah di cari adanya di dapur pleton pengawal ( pleton penjaga ). Setelah selesai saya di kembalikan ke transito di namlea. Selang beberapa hari kapal datang yaitu kapal gunung jati. Kapal yang biasanya mengankut jamaah haji. Lain dengan waktu keberangkatan menuju pulau buru yaitu ADRI 15, kapal jaman TRIKORA.
Setelah tapol selesai pada naik kapal mulai berangkat menuju jakarta, tapi lewat pelabuhan surabaya. Menjelang sampai p[elabuhan surabaya ditengah tengah pelabuhan, dari dalam kapal juga kelihatan pelabuhan. Terus sebanyak 45 orang termasuk bapak PRAMUDYA ANAN TOER entah mau dibawa kemana kami tidak tahu. Kesemuanya yang di anggap tokoh – tokoh dan mungkin belum waktunya dibebaskan. Selesai menurunkan orang –orang tersbut, kapal mulai berangkat menuju pelabuhan surabaya. Di pelabuhan surabaya kapal berhenti sebenta, terus berangkat lagi menuju pelabuhan tanjung priok. Sampai di pelabuhan tanjung priok sudah di siapkan truk untuk mengakut kami ke stasiun tanjung priok. Sampai distasiuntanjung priuk kami naik kereta menuju ke bandung. Di dalam kereta api kami di beri uang saku masing – masing Rp. 2500,- ( dua ribu lima ratus ) sesampainya di stasiun bandung kami diangkut menuju penjara SUKAMISKIN disitu kami disekap lagi semalam. Kemudian paginya setelah apel, diangkut lagi ke gedung olah raga bandung. Untuk pelepasan ke daerah masing – masing mungkin KODAM, KODIM menginstruksikan ke koramil – koramil supaya yang punya keluarga di pulau buru menjemput di gedung olah raga bandung.setelah kami sampai digedung olah raga bandung, ternyata para keluarga sudah kumpul termasuk kepala daerah seperti koramil, camat, lurah termasuk orang – orang yang telah mebantai kita menjemput seperti losari yang menyesalkan saya hanya daerah babakan, jangankan kepala daerah, lurah pun tidak ada. Jadi daerah – daerah lain sudah berangkat dijemput keluarga maupun kepala daerah masing – masing, tinggal kita saja yaitu 3 orang ( SUKYAT, TAHAR, CASTRA ). Tadinya kita mau nekat naik kendaraan umum, tapi tau tau bapak mertua saya bapak TASBANI, ibunya TAHAR dan ibunya CASTRA di ikuti oleh Sdr ABDUL SYUKUR perangkap desa dan BABINSA babakan.
Memang setelah ada kabar saya harus di jemput di bandung, istri saya minta bantuan kendaraan kepada bapak saya  Pak BAWON ternyata jam 01.00 belum dapat kendaraan, mau pinjam bapak lurah Amad tidak boleh, terpaksa mencari sewaan lain.
Setelahj mendapat mobil sewaan lain, sekitar jam 02.00 mobil berangkat ke bandung, yang ikut ke mobil istri saya, adik kusnadi, adik ipar sahir dan bapak bawon. Sampai dibandung karena tidak mengerti pelepasannya di gedung olah raga, bapak bawon dan rombongan termasuk istri saya datangnya di KODAM Bandung, di KODAM di beri tahu bahwa pelepasan TAPOL DARI PULAU BURU di gedung olah raga bandung. Setelah di beri tahu mobil menuju gedung olah raga bandung. Ternyata terlambat jadi tidak ketemu rombongan saya, sebab sudah di jemput oleh bapak Tasbani. Tahu kita sudah berangkat mobil kejar – kejaran. Tapi tetap tidak ketemu. Sampai di babakan saya dan teman – teman di bawa ke koramil untuk di indokterisasi oleh Danramil, jadi mobilnya pak bawon dan pak daryonodatang ke rumah lebih dulu. Saya masih di koramil. Jadi simbok nangis kok yang di jemput belum datang juga.
Tak lama kemudian saya datang , keluarga menyambut dengan rasa haru dan pada nangis sangking gembirany, tidak disangka – sangka bisa kembali bahkan mak gaweng sewaktu saya masih muda belum kawin dengan kayah saya mondok di rumah beliau. Bahkan beliau menyediakan air kembang untuk dimandikan dengan air kembang seperti layaknya orang mau tebus weteng. Selesai mandi kembang terus makan bersama dan sambil makan sili berganti pada bertanya bagaimana pengalaman di pulau buru. Saya ceritakan apa adanya yaitu masalah kehidupan dan makan selama sepuluh tahun. Yang menjadi perhatian keluarga masalah siksaan. Berkat lindungan dari sang KHOLIK, dan TUHAN YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG KARUNIA PANJANG UMUR SAMPAI KETEMU KELUARGA.
Bahkan ada yang celetuk kok di tahan sampai sepuluh tahun sering mendapat siksaan tapi kok badannya gemuk. Saya jawab berkat lindungan Allah SWT yang MAHA ADIL DAN MAHA PEMURAH maka saya bisa kebal dari pentungan dan terhindar dari ancaman maut. Cerita keluarga kersana meneruskan masalah kehidupan istrimu dan anak – anak selama ditinggalkan kamu terutama bapak dan si mbok. Anak – anakmu kersana pada membantu alakadarnya terutama biaya sekolah dan alat alat sekolah. Bahkan ada yang menyumbang sepeda untuk sekolah di gebang, sebab menjelang kedatangan saya anak sudah pada tingkat SMP ( harsih SMP Negeri Babakan , Iis SMP PGRI Gebang ).
Dan istrimu tetap setia menunggumu, walaupun misalnya kamu sudah meninggal tidak akan menikah dengan orang lain, ingin membesarkan anak walaupun bekerja siang dan malam. Pernah oleh bapak Tasbani mendorong untuk menikah, sebab ada yang melamar, tapi tetap tidak mau. Dan waktu anakmu sunat yaitu si Agus, keluarga dari kersana pada datang semua.kira – kira begitu cerita bapak dan simbok.
Karena asyiknya mengobrol dan kangen tahu – tahu udah hampir bakda maghrib, akhirnya mereka pada pamitan pulang. Hanya simbok yang bermalam samp[ai satu minggu. Setelah satu minggu simbok pamit pulang mau syukuran karena saya sudah pulang ketemu keluarga. Tapi saya tidak bisa menghadiri syukuran yang dilaksanakan oleh keluarga kersana, sebab saya di wajibkan apel seminggu dua kali di koramil Babakan.
Setelah saya dirumah selama setengah bulan saya belum sempat menanggapi masalah kehidupan, masih kangen dengan anak – anak. tak disangka – sangka pada suatu hari istri sujud di hadapanku menangis seperti anak kecil. Terus dia menujukan surat rapah ( surat perceraian dari KUA ). Sayapun tercengang melihat surat rapah. Kemudian dia menceritakan proses perceraian sambil dia menyampaikan maaf sebesar – besarnya kepada saya. Terus dia menceritakan bahwa perbuatan ini semata – mata bukan kehendak saya. Bapak boleh menyesal atau marah kepada saya. Tapi yang jelas saya tetap setia pada bapak, seandainya bapak sampai meninggal dan tidak pulang saya bersumpah tidak akan menikah dengan orang lain. Ingin membesarkan anak walaupun tanpa bapak. Cerita dilanjutkan sampai terjadinya perceraian. Pada suatu saat saya kedatangan tamu petugas koramil yang di ikuti perangkat desa bahwa saya di ikutsertakan ke pulau buru, kalau tidak mau harus menyatakan cerai dan petugas mebawa surat pernyataan yang harus di tanda tangani yang isinya bahwa kalau suami saya datang tidak akan mengakui sebagai suami sebab bekas tahanan PKI. Jadi yang jelas semata – mata bukan karena perbuatan saya krena terpaksa dia menangis sambil menciumi saya, jadinya sya pun ikut menangis sambil kepalanya dia saya elus – elus. Malah bapak Tasbani mengatakan satunya saja belum kembali kok ini mau di kirimkan lagi.
Setelah tangisannya aga reda sambil saya usap mukanya yang penuh dengan air mata, saya mengatakan kepada dia sudahlah kejadian ini saya yakin kamu tidak sengaja tapi karena tekanan – tekanan dari pejabat makasaya secara tulus memaafkan kamu. Dan seandainya kamu menikah dengan orang lainpun saya rela, sebab pada waktu saya tidak disangka – sangka akan di kembalikan ke jawa.
Pa itu meninggal atau mati di pulau buru. Maka dari itu saya dengan setulus hati dan bersyukur kepada sang KHOLIK atas kesetiaanmu mengucapkan beribu ribu terima kasih. Akhirnya stelah selesai tangis – tangisan. Mulai kita berikrar untuk menempuh hidup baru, walaupun mulai dari nol besar. Pribahsa kata orang jawa mengatakan sepangan – pangannya yang penting anak bisa besekolah untuk bekal masa depan.
Ceritanya saya sedang duduk berdua matanya istri saya masih belum kering tiba – tiba bapak mertua yaitu bapak Tasbani mendekat sambil memberi saran “ kamu berdua statusnya walaupun ini perbuatan yang tidak wajar kan sudah cerai. Untuk menjaga omongan dari tetangga yang tidak enak maka baiknya kamu berdua melaksanakan pernikahan kembali.
Sesuai dengan saran dari mertua maka selang beberapa hari saya melaksanakan pernikahan kembali dengan memanggil penghulu dari KUA dan membaca dua kalimah syahadat.
PROSES KEHIDUPAN SETELAH PULANG DARI PEMBUANGAN PULAU BURU MALUKU
Setelah pembuangan dari pulau bur disamping melaksanakan wajib apel dua kali di koramil, harus mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga sebagai layaknya kepala keluarga. Pada waktu itu masyarakat pun masih taku dilibatkan pada kita kalau mengerjakan orang – orang yang bekas tahanan PKI. Sayapun tidak segan – segan mencari – cari pekerjaan, dalam mencari pekerjaan kadang dapat kadang tidak. Begitu tiap hari tapi banyak nihilnya dari pada dapatnya. Seringnya pulang dengan tangan hampa, meskipun demikian tiap saya datang dari mencari pekerjaan sekalipun tidak mendapatkan hasil oleh istri dengan setianya  dia menyambut dengan senyum. Kalau sudah saatnya saya datang dia longak longok di depan pintu walaupun dia juga seharian kerja keras yaa ngurus anak yaa ngurus dagangan ( untuk persiapan pada esok harinya ). Begitu dengar suara saya datang sebab anak – anak teriak bapak datang, dia langsung kedepan untuk menurunkan alat – alat kerja dari sepeda. Alat terus disimpan kemudian mencari sapu tangan untuk menyeka keringat sambil ngomong CAPAI YAA PAK. Terus saya disuruh mandi dan sudah tersedia air teh tubruk. Saya sambil minum teh tubruksambil memperhatikan sikap anak yang masih pada main di luar, dia ( maksud saya istri saya ) kembali kedapur untuk meneruskan pekerjaan dapur yang tertunda , selesai pekerjaan dia di dapur dia terus memandikan anak – anak , termasuk dia ikut mandi. Menjelang ba’da maghrib dia menyediakan untuk makan malam. Anak – anak dan keluarga makan ala kadarnya. Selesai pada makan malam ada yang belajar ada yang main – main di lantai. Saya dan istri saya duduk santai sambil berbincang – bincang pengalaman – pengalaman waktu di pulau buru. Cerita yang menarik waktu itu menjelang lebaran kebetulan ada teman pendatang baru yaitu teman dari kersana anjang sono ke unit II. Kebetulan karena hari kita bikin acara di gubug ladang maumasak beras dari hasil munguti dipinggir laut kita ditugaskan membawanya. Padahal. Padahal beras – beras yang sudah lama kena air laut dan bentuknya juga lempengan dan warnanya hjau kalau di masak seperti bubur cincau maklumlah pada waktu itu tanaman belum berhasil dan kita makan nasi bulgur. Jadi walaupun hijau kita makan saja. Tidak disangka – sangka  tengah lagi makan tahu – tahu ada patroli tentar terus kita di permak apel bahkan akan di tembak. Untuk komandan patroli kebetulan lulusan dari secaba gombiong mencegah malah dia bilang di hari lebaran kita tidak boleh menyiksa orang. Akhirnya mereka berangkat meneruskan patrolinya. Padahal kita sudah dalam keadaan lesu. Walauunkita dalam keadaan lesu masih bisa meneruskan makan bersam lauk ikan mujair dan sayur kluwih dan garam. Selesai pada makan terus pulang ke barak masing – masing, termasuk tamu asal kersana kembali ke unit X.
Setlah saya selesai menceritakan pengalaman waktu di pulau buru dia juga ingin menceritakan pengalaman waktu di tinggalkan sampean.
Saya akan ceritakan, ini bukan dibuat – buat tapi memang benar benar terjadi selam. Selama saya ditinggalkan sampean saya betul – betul kerja keras demi anak. Tidak siang tidak malam di dapur. Adapun tua mungkin saya lupa, nipung beras dan kalau pagi sekitar jam 02.00 pergi ke pasar ( magang ) malah terjadi ketika saya belanja di pasar, sepeda ada yang mencuri, terpaksa pulang jalan kaki dari pasar sebab uang sudah habis buat belanja. Tidak cukup itu saja, pembagian beras di pabrik sedang telat dan tidak cukup untuk makan satu bulan, karena rayatnya banyak terpaksa di tambah jagung. Jadi tiap hari untuk anak anak makan bisa kenyang, ditambah dengan nasi jagung itu, itu tambah pekerjaan lagi untuk numbuk jagung. Begitu tiap hari. Ngobrol – ngobrol tidak terasa sudah jam 2 pagi dan anak – anak sudah pada tidur. Terus kita berdua tidur. Pagi harinya mulai lagi dengan kegiatan masing – masingsejak jam 1.30 kita berdua sudah bangun. Saya tugasnya menyal;akan kompor dan marung geni pakai kayu bakar. Kompor untuk goreng –goreng dan dapur kayu bakar buat menanak nasi. Istri saya tugasnya mencuci beras dan di masukan ke dangdang ( kuali ), selesai memasukan beras kemudian mulai goreng –goreng dasay pergi ke pasar ( magang ) untuk kekurangan bahan seperti pisang, boled dan lain – lain. Datang dari pasar nasi sudah mateng terus saya suruh ngangi nasi. Selesai ngangi anak – anak sudah bangun terus suruh ngusung dagangan ke depan. Istri saya menyiapkan buntelan buntelan nasi untuk bekal saya kerja di daerah tembelang karangsuwung, adapun pekerjaannya mengaliri saluran ( parit ), pulangnya sampai sore hari, kira – kira jam 5.30 saya pamit ke istri untuk berangkata kerja. Sekalipun istri saya sekalipun istri saya sedang sibuk goreng –gorengf menyempatkan diri untuk mengantar say ke depan pintu sambil menyodorkan kedua tangannya  dan menciumnya .
Begitu tiap hari berjalan 3 bulan . jam kerja di tembelang dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00, istirahat jam 11.30 unutk makan siang, kemudian setelah lohor kembali lagi bekerja sampai jam 16.30, sampai di rumah jam 17.00 sebab perjalanandai babakan 1 ½ jam.
Saya bekerja di tembelang 2 bulan jalan, rupanya istri saya memperhatikan fisik sya semakin kurus, maka dia sambil duduk santai setelah makan sore dia ngmng “ bapak bekerja terlalu cape tiap hari naik sepeda, berangkat pagi pulang sore, maka menurut saya kata istri saya baiknya bapak berhenti kerja saya ngeliat nya kasihan. Maka dari itu dari pda bapak kerja jauh – jauh bagaimana kalau sesudah anak berangkat sekolah bapak mencari bahan – bahan yang di btuhkan dagangan, seperti beras, boled, pisang dan lain –lain. Adapun belinya di pabuaran kan siangnya bisa istriahat, soal makan, biaya dan kebutuhan hidup yaa sedapat –dapatnya dari dagangan, ya mungkin sudah takdir kita, tapi kita harus kerja keras. Pokoknya tidak usah kerja gali – gali parit lagi.dengan kata sepakat saya akhirnya menyerah bagaiman kemauan istri saya, adapun tugas saya tiap hari ke pabuaran belanja bahan baku yang di butuhkan dagangan yang di butuhkan untuk sore hari.
Kegiatan ini berjalan sampai satu tahun semakin hari semakin di kejar waktu untuk memenuhio biaya sekolah anak – anak dan keperluan sehari –hari. Orang hidupkan tidak cukup makan, memang untuk makan relatif cukup dengan gizi seadanya. Tapi bagaimana untuk mengatasi kebutuhan sandang dan papan.
Pada suatu hari setelah istirahat sore selesai makan sore dan anak – anak mulai belajar, saya dan istri saya santai duduk sambil ngobrol – ngobrol masalah kehidupan. Saya menyatakan pada istriku semakin hari semakin serasa ko sebagai kepala keluarga kok punya nsaib semacam tidak bisa membahagiakn keluarga malah menjadi beban istri. Keluhan ini rupanya istri saya menanggapi, sehingga dia melihat wajah saya keluar air mata, jadi dia memeluk badan saya sambil ngomong “ sudahlah pak tidak usah banyak pikiran yang neko –neko, mingkin sudah titis waris kita hidup begini. Yang penting kita harus banyak berdoa dan bersyukur keepada sang pencipta, siapa tahu kita bernasib begini anak cucu kita lebih baik dari kita, sebab tuhan tidak akan merubah usatu kaumnya melainkan kita sendiri yang harus berusaha . dengan tanggapan istri saya yang disebut di atas, maka terus saya menyatakan bahwa pada istri saya bahwa kamu sudah merespon demikian maka mulai hari ini pembagian tugas ya Mak, kau yang mencara makan buat sehari harinya, nanti saya yang mencari buat biaya sekolah anak. Dengan gagasan disetujui oleh istri saya . padahal saya belum punya jalan keluarnya akan kemana mencari pekerjaan. Tapi saya yakin dan percaya tuhan lebih pemurah dan penyayang pada umatnya tidak mungkin mebiarkan umatnya hidup sengsara, yang penting ada kemauan untuk berusaha.
Sampi dua bulan saya belum mendapat pekerjaan. Padahal hampir setiap hari saya sesudah membantu istri saya keluar mencari pekerjaan. Samapai terjadi saya dipanggil kepal sekolah SMEA SINDANGLAUT waktu anak saya kelas I . paginya saya terus memenuhi panggilan kepala sekolah dengan naik sepeda ontel dai babakan ke sindang laut. Setelah ditemui bapak kepala sekolah sindang laut beliau menyatakan anak bapak sudah dua bulan menunggak belum memenuhikewajiban membayar SPP ( uang sekolah ), kapan kesanggupan bapak untuk membayar, dan bheliau menyodorkan surat pernyataan suapay ditanda tangani tentang kesanggupan, terus surat tersebut saya tanda tangani. Sekalipun saya belum punya pandangan  kemana mendapatkan uang sebanyak Rp. 20.000 , saya janji lambat – lambatnya satu minggu.kepala sekolah terus mengijinkan untuk pulang. Sambil pulang saya berfikir kemana mencari uang sebanyakitu. Akhirnya saya tekad tidak pulang ke rumah, melainkan terus pergi ke ketanggungan barat untuk menemui simbok. Kedatangan saya sudah agak sore, si mbok negtor “ kok tumben sore – sore datang kemari ada apa ?” terus saya ceritakan masalahnya tanggapan dengan rasa sewdih menyatakan simbok tidak punya uang, tapi ini simbok punya GIWANG, entah beratnya berapa gram dijual saja dari pada anakmu tidak sekolah. Terus saya cepat pulang, karena dari sindang ke ketanggungan barat nginep semalem. Sambil pulan saya mampir ke toko mas kersana tawarkan giwang, ternyata hanya laku Rp.17.500,- sedangkan kebutuhan untuk bayar SPP Rp. 20.000,- jadi masih kurang Rp. 2500.
Setelah giwang laku terus saya meluncur pulang sambil berfikir saya harus mampir ke taci Oeiy wie tiong untuk mencari tambahan uang supaya lengkap Rp. 20.000. sampai di rumah taci sekitar pukul 10.00, kedatangan saya disambut oleh anak – anaknya , sambil bertanya “  dari mana om kok tumben main ke ciledug . dengar suara saya babeh wie tong dan istrinya keluar. Setelah saya di persilahkan duduk. Ada apa mas kok rupanya kebingungan . kemudian saya ceritakan masalahnya. Saya belum selesai ngomong, cacinya menjawab sudahlah jangan susah susah nanti saya bantu, sekarang yang penting makan dulu.  Selesai makan saya buru – bur pamit pulang . rupanya anaknyapun ikut tanggap tentang keluhan saya, maka dia sambil ngomong sekarang om tidak boleh susah dan jangan berfikir yang neko – neko. Kalau ada masalah cepat datang ke papih atau mamih. Nantikan bisa dibantu. Terimakasih yah Yan ( namanya Yani ) atas perhatiannya. Om juga berusaha agar om tetap tegar. Tapi orang namanya bintangnya sedang suram, maka ya begini. Tapi om harus tetap sehat agar badannya tidak seperti itu ( kurus ). Sambil saya salaman saya pamit pulang yani masuk kedalam menemui papih mamihnya . terus keluar lagi sambil ngomong kata papi om mulai besok atau lusa bisa membantu di ciledug untuk menunggu dan melayani toko onderdil. Kan lumayan untuk sekedar membantu bayar SPP anak om. Kemudian saya berjanji menyanggupi, tapi nanti om mau rembukan dengan istri om dan akan mnyelesaikan masalah SPP ke sindang. Sesampainya di rumah disambut isak dengan isak tangis oleh istri dan anak – anak disangka ada apa – apa atau kecelakaan di jalan karena semalaman tidak pulang dari sindang brangkat pagi hari. Samapai – sampai waktu saya tidak pulang ke babakan tidak jualan pada mencari saya berikut mertua saya.
Malamnya sambil tiduran saya ceritakan pada Maknya anak – anak, menemui si mbok dan papihnya Yani istri saya mengucap beribu ribu terima kasih kepada simbok da taci wie tong berarti anakku bisa melangsungkan sekolahnya. Itulah kebesaran TUHAN YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PEMURAH, terima kasih TUHAN.
Setelah menyelesaikan SPP ke sindang. Paginya mulai kegiatan seperti biasa, Maknya anak – anak ke dapur saya belanja bahan baku buat keperluan dagangan seperti boled, pisang goreng. Kemudian saya membicarakan masalah kerjaan di ciledug, dia mengijinkan hanya pesan bekerja yang jujur dan harus menyesuaikan diri agar dipercaya dan hati – hati. Terima kasih atas saranmu dan saya mulai besok akan melaksanakan pekerjaan di ciledug.
Paginya setelah saya menyelesaikan pekerjaan di rumah terus sata berangkat ke ciledug dengan mengayuh sepeda ontel, begitu setiap hari. Bekerja di Ciledug baru berjalan 13 bulan. Adiknya anak pertama sudah mau nyusul ke SMA sebab sudah kelas III SMP. Sebelum lulus saya sudah ancang – ancang verembug degan emaknya anak – anak bagaimana jalan keluar supaya si penengah ( anak laki – laki ) bisa melanjutkan ke jenjang SMA. Pada suatu hari datanglah ujian SMP. Sebelum ada pengumuman lulusan saya ngmong dengan istri saya bagaimana lusa saya mau minta ijin untuk tidak kerja selama 2 hari. Maksudnya kita berdua pergi ke brebes untuk menemui Pakde Uki, untuk membicarakan soal kelanjutan sekolah anak kita, kan Pakdenya bekerja sebagai wakil kepala sekolah SMA PUSPONEGORO DI BREBES. Sedangkan kemampuan kita tida ada. Gagasan ini disetujui oleh istri saya. Kemudian setelah saya dapat ijin dari bos untuk tidak bekerja selama 2 hari. Paginya kita berdua berangkat ke Brebes. Datang di Brebes saya berdua disambut oleh Pakde dan Bude. Belum sampai dipersilahkan duduk beliau sudah ngomong kamu berdua harus bermalam di brebes, kan sudah lama baru datang ke brebes, saya berdua mengiyakan. Padahal beliau belum tahu kedatangan maksud kami berdua. Setelah kami duduk ngobrol – ngobrol, terus saya jelaskan maksud dan kedatangan kami, tak lain membicarakan tentang anak. Karena kemampuan kami untuk menyekolahkan anak tidak punya biaya. Maka hal ini kam minta pertimbangan kepada mas, bagaimana baiknya.
Dengan pertimbangan yang matang beliau menjawab. Ya sudah memang anakmu betah  dan ada kemauan untuk sekolah disini yaa syukur, tapi yaitu anakmu harus betul – betul diberi pengertian sebab mbah putri brebes ( ibunya Bude sri ) wataknya rewel. Ada beberapa anak yang sudah di sini seperti anaknya Bude darisah, Bude pariyah termasuk anaknya pamanya kayah yan di losari pada mental karena rewelnya mbah putri. Tapi saya yakin anakmu tidak seperti itu sebab biasa prihatin. Nah dalamhal ini maksud dantujuanmu berdua saya terima dengan tangan terbuka asal anakmu betah. Soal makan dan lain – lainkamu tidak usah mikiri.hanya krena sekolahan PUSPONEGORO bukan milik pakde, kamu bayar SPP tiap bulan. Tapi seandainya kamu pas habis bulan tidak punya uang ya saya tanggulangi. Tapi saya pesen sama kamu berdua kalau anakmu sudah sekolah disini misalnya kamu kangen mau nengok ke Brebes jangan sekali – kali memberi uang kepada anakmu. Nantinya malah tidak betah dan manja (selalu ngarep kedatangan orang tua ), serahkan pada saya akan saya didik menjadi anak yang prihatin dan kreatif. Mendengar jawaban Pakde dan Bude kami berdua mengucapkan beribu ribu terima kasih atas kesediaannya menerima anak saya.
Karena kami sudah semalam di brebes maka paginya saya mohon pamit untuk pulang ke babakan. Datang di babakan anak – anak belum pada pulang sekolah dan liat mak Iti sudah menyediakan makanan untuk anak – anak nanti datang sekolah. Datang di babakan sekitar 11.00 jadi saya sempet pergi ke pabuaran untuk beli boled, pisang dan lain –lain, untuk persediaan besok pagi.

Selang beberapa hari sudah ada pengumuman tentang hasil ujian akhir, ternyata anak saya lulus. Sorenya setelah makan sore anak saya yang lulus di panggil oleh Maknya, di beritahu kalau bapak dan emak habis pergi ke Brebes untuk mebicarakan tentang kelanjutan sekolahmu. Karena bapak dan mak mu tidak mampu mebiayaimu maka bapak dan emak telah mebicarakan pada pakde mu di brebes.


Sumber : Cerita dari Bapak SOEKYAT Bin BAWON
Juru Ketik : Alex

Tidak ada komentar:

Posting Komentar